Arbie, Rosijanih
(2011)
Hadrah dalam Multikultur Masyarakat Jaton di Minahasa Sulawesi Utara sebagai Pembentukan Karakter Bangsa.
In: KONGRES INTERNASIONAL, 2011, .
Abstract
Masyarakat Kampung Jawa Tondano (Jaton) yang terletak di Minahasa Propinsi Sulawesi Utara merupakan masyarakat multikultur dan multietnik. Masyarakatnya terbentuk melalui peristiwa bersejarah, yaitu Perang Diponegoro 1825-1830 yang berakibat pada pengasingan 63 pejuang asal Jawa oleh pemerintah kolonial Belanda ke Tondano melalui Semarang dan Batavia –Jakarta, disusul pejuang Aceh, Padang, Palembang, Ambon dan lainnya. Faktanya, makam Kiay Modjo, Kiay Demak, KH Lengkong, Pulukadang, Kiay Kariban, Pangeran Amir Perbatasari, Syayid Abdullah Assegaf, Si Namin Gelar Malim Muda, Haji Arsyad Tawil, Teuku Umar dan KH Achmad Rifa’I asal Kendal –pahlawan nasional- yang berlokasi di Tondano telah menjadi aset sejarah dan pariwisata pemerintah setempat. Lewat syuhada inilah tercipta budaya dan seni tradisional Jaton, yang kini diakui sebagai milik kolektif masyarakat Jaton. Salah satunya hadrah yang merupakan hasil akumulasi multikultur masyarakat Jaton yang dewasa ini berkembang secara dinamis dan mengikuti kondisi zaman. Hadrah awalnya diperkenalkan para pejuang Aceh, Padang dan Palembang.
Hadrah lazimnya tampil pada perayaan Hari-Hari Besar Islam, pernikahan, hajatan keluarga, silaturahmi kekerabatan dan kegiatan resmi pemerintah. Berdasarkan hasil kajian dapat diketahui bahwa nilai dan keunikan serta ciri khasnya tercermin dalam gaya bernuansa Melayu, Aceh, Palembang, Padang dan Minahasa, mode kostum ala Melayu Minahasa, leksikal dalam bahasa Indonesia, Arab, Jaton, Gorontalo dan Melayu Manado, ritme lagu berirama Melayu dan isinya mengandung fadhilah. Nilai dan urgensi kepopulerannya, dalam kurun enam tahun terakhir, hadrah dikemas dalam kegiatan Festival Seni Budaya Jaton dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad saw, yang pada Maret 2011 diadakan di Gorontalo.
Hadrah sebagai inovasi dan hasil karya para pendahulu telah membawa dampak positif bagi masyarakat Jaton dan diterima di kalangan masyarakat sekitar bahkan seSulawesi Utara. Alhasil, hadrah mampu menjadi pilar penyanggah, membangun jiwa patriot, menumbuhkan semangat nasionalisme, kekuatan dan ketahanan jiwa dalam mengantisipasi berbagai gejolak social yang merambah daerah Nyiur Melambai dalam menghadapi lajunya arus globalisasi dan informasi. Fakta substansial hadrah yang berkembang seiring dengan fakta sejarah inilah mampu menumbuhkembangkan sikap kebangsaan yang tinggi bagi masyarakat Jaton dalam pembentukan karakter bangsa.
Actions (login required)
|
View Item |