UNSRAT Repository

Eksistensi Bahasa Melayu Manado sebagai Bahasa Ibu dalam Kebhinekaan Budaya*

Masengi , Nonce and Arbie, Rosijanih (2011) Eksistensi Bahasa Melayu Manado sebagai Bahasa Ibu dalam Kebhinekaan Budaya*. Prosiding : Keragaman Bahasa Ibu Sebagai Penanda Kebhinekaan Budaya,. pp. 28-31. ISSN 978-602-18382-0-4

[img]
Preview
PDF
Download (110kB) | Preview

Abstract

Bahasa Melayu Manado (BMM) yang cikal bakalnya berasal dari bahasa Melayu merupakan salah satu bahasa yang digunakan dalam masyarakat multietnik dan multikultur sebagai bahasa ibu di kota Manado Propinsi Sulawesi Utara, daerah Nyiur Melambai. Pengguna BMM berasal dari berbagai etnik yang masing-masing memiliki tradisi, bahasa dan budaya yang berbeda, seperti Minahasa, Bolaang Mongondow, Sangihe dan Talaud serta Gorontalo. Etnik luar daerah, seperti Bandung, Ternate, Jawa, Palembang, Padang, Bugis, Irian dan Ambon juga menyemarakkan suasana berBMM dalam berkomunikasi terutama dengan penutur asal Manado dan sekitarnya. Bahkan, etnik Cina, Arab dan India yang berdomisili di Manado tergolong mahir berBMM. Fenomena inilah mencerminkan bahwa BMM sebagai bahasa ibu yang menjadi penanda identitas komunitas masyarakat Manado dan jantung kebudayaan daerah masih tetap hidup dan berkembang. Karenanya, eksistensi BMM sebagai bahasa ibu dalam kebhinekaan budaya penting dikemukakan dalam tulisan ini. Eksisnya BMM sebagai bahasa ibu didukung oleh antusiasme dan kepedulian yang tinggi masyarakat Manado dalam berkomunkasi dengan menggunakan BMM pada situasi kapan pun dan dimana pun berada. BMM juga mampu mempererat tali silaturahmi, menciptakan kedamaian antarmasyarakat dalam kebhinekaan budaya dan kini menjadi alat pemersatu dalam berkomunikasi lewat dunia maya dan efbi antar orang Manado terutama yang berdomisili di luar daerah. Penggunaan BMM dalam kehidupan sehari-hari sebagian kecil dapat diidentifikasi di tempat-tempat umum, sekolah-sekolah, acara pernikahan dan peristiwa kematian. Sejauh ini hasil observasi sederhana dan interviu terbukti bahwa BMM juga digunakan masyarakat di Minahasa dengan dialek bahasa setempat. Dengan demikian, pragmatisme budaya berBMM bagi orang Manado merupakan sebuah obsesi besar sehingga BMM kini semakin kokoh dalam kebhinekaan –bahasa- budayanya.

Item Type: Article
Subjects: Q Science > Q Science (General)
Divisions: Fakultas Sastra > Sastra Jerman
Depositing User: Steven Ch. Kaunang
Date Deposited: 30 May 2013 04:45
Last Modified: 30 May 2013 04:47
URI: http://repo.unsrat.ac.id/id/eprint/353

Actions (login required)

View Item View Item